Ramadhan Berlalu, Istiqomah Ditingkatkan

RAMADHAN BERAKHIR, ISTIQOMAH DITINGKATKAN

Oleh : Muhammad Syukri Hasibuan, S.Sos.I

Jama'ah Sholat Jum'at yang dirahmati oleh Allah Swt

Alhamdulillah Ramadhan telah kita lalui dan sekarang kita telah berada di Bulan Syawal. Kita tentu sangat bersedih karena Ramadhan telah berlalu dan ini merupakan hal yang wajar karena kita harus ditinggal oleh bulan yang di dalamnya penuh keberkahan dan ampunan, yang mana keistimewaan bulan ini tidak akan pernah kita temukan di bulan-bulan lainnya. Kita juga patut untuk bergembira karena kita telah meraih kemenangan di bulan Syawal ini, yaitu menang berperang melawan hawa nafsu. Selain itu, bagi mereka yang sungguh-sungguh menjalankan ibadah puasa, tentu gelar taqwa yang telah dijanjikan Allah pun pasti telah kita raih.
Setelah berlalunya bulan Ramadhan ini, ada hal yang harus kita sadari, yaitu mempertahankan sesuatu itu lebih sulit dibandingkan dengan meraih sesuatu. Karena mempertahankan sesuatu itu lebih sulit daripada meraihnya, maka hendaknyalah kita tetap menghidupkan semangat Ramadhan di bulan Syawal ini dan di bulan-bulan berikutnya. Jangan pernah kita beranggapan bahwa dengan berakhirnya Ramadhan berarti kita kembali lagi kepada kebiasaan yang lama, ia kalau kebiasaan itu baik, namun jika kebiasaan itu buruk maka jelas ini adalah pemahaman yang salah dan termasuklah kita golongan orang-orang yang merugi. 
Jama'ah Sholat Jum'at yang dirahmati oleh Allah Swt

Ketauhilah, Ramadhan itu dikenal juga dengan sebutan bulan latihan. Di dalam Bulan Ramadhan umat Islam di latih untuk menjadi orang-orang yang benar-benar bertaqwa kepada Allah. Jika kita mampu melewati latihan ini dan kita telah sampai meraih gelar taqwa, maka harapan selanjutnya ialah gelar taqwa yang telah diraih dari hasil latihan selama berada di dalam bulan Ramadhan akan selalu di bawa pada bulan-bulan berikutnya. Jangan sampai kita hanya mendapatkan gelar taqwa sebatas di bulan Ramadhan saja, lalu di bulan-bulan berikutnya gelar taqwa itu pun hilang tanpa berbekas dan kehidupan kita pun tidak ada perubahannya. Padahal dijelaskan bahwa orang yang sukses, bahkan orang yang mendapatkan lailatul qodar itu adalah orang yang setelah berlalu Ramadhan dosa-dosanya diampuni, ibadahnya meningkat, akhlak semakin mulia, lisannya mulai terjaga, intinya semua semakin meningkat. Maka dari itu, bagi siapa saja yang melihat Ramadhan telah berlalu, namun tidak ada peningkatan dalam hidupnya, maka dia telah gagal di Bulan Ramadhan dan dapat dipastikan dia bukan bagian dari orang-orang yang mendapatkan Lailatul Qodar.

Maka jalan yang harus di tempuh agar semangat Ramadhan itu tetap hidup setelah bulan Ramadhan berlalu ialah senantiasa menjalankan kebiasaan amal baik dan amal ibadah kita yang telah kita latih selama Bulan Ramadhan secara berkesinambungan di bulan-bulan lainnya, inilah yang dikatakan dengan istiqomah. Nabi Muhammad Saw telah bersabda

أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى أَدْوَمُهَا وَإِنْ قَلَّ

”Amalan yang paling dicintai oleh Allah Ta’ala adalah amalan yang kontinu walaupun itu sedikit.”  (HR. Muslim)

Amalan yang sedikit tapi selalu rutin dikerjakan merupakan perbuatan yang amat dicintai oleh Allah, lalu Sholat bagaimana jika amalan di Bulan Ramadhan itu juga dapat kita rutinkan selama 11 bulan ke depan? Tentu Allah pasti amat sangat mencintai kita.

Jama'ah Sholat Jum'at yang dirahmati oleh Allah Swt

Dengan berlalunya bulan Ramadhan, setidaknya ada beberapa rutinitas ibadah yang tidak boleh berlalu juga, akan tetapi seharusnya kita tetap Istiqomah menjalankannya, ibadah itu diantaranya ialah :

1. Puasa

Ibadah puasa itu jika dikerjakan dengan sungguh-sungguh, maka yakinlah itu akan selalu menghantarkan kita menjadi orang-orang yang bertaqwa. Oleh sebab itu, setelah kita di gembleng selama sebulan penuh lamanya menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadhan, maka seharusnya membuat kita terlatih untuk menjalankan puasa-puasa sunnah di bulan-bulan lainnya. Jangan sampai, ibadah puasa kita hanya fokus di bulan Ramadhan saja itu pun karena diwajibkan, namun setelah bulan Ramadhan berlalu, lalu kita abai dengan puasa-puasa yang lain karena hukumnya hanyalah sunnah. Ini adalah pola fikir yang salah, seharusnya puasa wajib dan sunnah itu berjalan beriringan dan senantiasa istiqomah dijalankan, karena dibalik ibadah puasa, baik itu yang wajib maupun yang sunnah tetap dibaliknya ada keutamaan yang dapat kita rengkuh.

Di bulan Syawal ini, Nabi Muhammad Saw sangat menganjurkan untuk menjalankan puasa sunnah 6 hari, sebagaimana Sabda Rasulullah Saw

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ وَأَتْبَعَهُ سِتَّاً مِنْ شَوَّالٍ، كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ 

“Barang siapa berpuasa Ramadhan kemudian dilanjutkan dengan enam hari dari Syawal, maka seperti pahala berpuasa setahun.” (HR Muslim)

Jama'ah Sholat Jum'at yang dirahmati oleh Allah Swt

2. Sholat Qiyamul Lail
Selama bulan Ramadhan kita telah melatih diri kita untuk membiasakan diri melaksanakan sholat Qiyamul Lail, mulai dari sholat tarawih, sholat witir, sholat tahajjud dan sholat-sholat lainnya. Maka dengan berlalunya bulan Ramadhan, seharusnya kita mampu untuk istiqomah menjalankan amal-amal ibadah tersebut di luar Ramadhan, karena dengan beginilah ketaqwaan kita kepada Allah akan tetap terjaga dan latihan yang telah kita tempuh selama bulan Ramadhan menjadi sesuatu yang bermanfaat, bukan hanya menjadi rutinitas musiman belaka. 
Di dalam hadits Nabi Muhammad Saw bersabda

َأَفْضَلُ الصَّلَاةِ بَعْدَ الْفَرِيضَةِ صَلَاةُ اللَّيْلِ

"Sebaik-baik shalat setelah shalat wajib adalah shalat malam.” (HR. Muslim)

Melaksanakan sholat malam merupakan sebaik-baik sholat yang dapat diamalkan setelah sholat fardhu. Mengapa sholat malam itu menjadi sholat yang lebih utama setelah sholat fardhu? Karena barangsiapa yang melaksanakan sholat malam maka sesungguhnya dia telah meninggalkan kenikmatan dunianya dan beralih mendekatkan dirinya kepada Allah demi meraih kenikmatan akhirat di kemudian hari.

Jama'ah Sholat Jum'at yang dirahmati oleh Allah Swt

3. Tilawah AlQur'an

Pada umumnya di bulan Ramadhan umat Islam itu lebih intens bersahabat dengan AlQur'an, hal ini merupakan hal yang wajar, selain karena AlQur'an itu merupakan kalam-kalam Allah yang mulia, dan apabila dibaca di Bulan Ramadhan pahalanya dilipatgandakan pahalanya, bulan Ramadhan juga bulan dimana diturunkannya AlQur'an.

Kini bulan Ramadhan telah berlalu, akan tetapi bukan berarti tilawah AlQur'an juga ikut berlalu, namun seharusnya kita tetap Istiqomah untuk terus selalu membacanya, mempelajari dan mengamalkan isinya di dalam kehidupan kita. Barangsiapa saja yang membaca, mempelajari dan mengamalkan isi yang terkandung di dalamnya, bukan hanya di dalam Bulan Ramadhan, akan tetapi juga di luar bulan Ramadhan maka sesungguhnya dia telah memproklamirkan dirinya sebagai bagian dari orang-orang yang terbaik menurut Rasulullah Saw. Hal ini telah dijelaskan oleh Nabi Muhammad Saw melalui sabdanya :

خيركم من تعلم القران و علمه

"Sebaik-baik kamu ialah orang yang belajar dan mempelajari AlQur'an"

Isi dari AlQur'an itu ialah firman-firman Allah yang mulia, kita tidak akan mampu untuk mengubah isinya, akan tetapi isinya mampu mengubah hidup kita. Maka dari itu merugilah orang-orang yang tidak mau bersahabat baik dengan AlQur'an, karena hadirnya AlQur'an itu dalam hidup kita mampu mengubah hidup kita menjadi lebih baik dari hari ke hari.

Oleh sebab itu, sudah seharusnya tilawah AlQur'an yang kita lantunkan tidak hanya dilantunkan di bulan Ramadhan saja, akan tetapi di bulan-bulan lainnya juga tetap Istiqomah untuk dilantunkan, ditadabburi dan diamalkan dalam kehidupan kita sehari-hari.

Jama'ah Sholat Jum'at yang dirahmati oleh Allah Swt

4. Sedekah
Salah satu keberkahan bulan Ramadhan ialah setiap orang berbondong-bondong melakukan kebaikan, dan salah satu dari kebaikan yang sering kita lihat ialah meningkatnya orang-orang yang mau bersedekah kepada orang lain. Ini merupakan suatu hal yang positif dan harapannya ialah tidak berhenti di bulan Ramadhan, akan tetapi harus juga menjadi sebuah kebiasaan di bulan-bulan setelah bulan Ramadhan.

Banyak keutamaan sedekah yang dapat kita raih, salah satunya ialah dapat menghapuskan dosa dan kesalahan kita, sebagaimana Sabda Rasulullah Saw

اَلصَّدَقَةُ تُطْفِئُ الْـخَطِيْئَةَ كَمَا يُطْفِئُ الْمَاءُ النَّارَ

“Sedekah itu dapat menghapuskan kesalahan laksana air dapat memadamkan api"

Selain itu sedekah juga bisa menjadi obat bagi yang sedang sakit. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad Saw

دَاوُوْا مَرْضَاكُمْ بِالصَّدَقَةِ.
 
”Obatilah orang yang sakit di antara kamu dengan bersedekah.”

Sudah selayaknya kita selalu meneladani Nabi Muhammad Saw, dikatakan di dalam Hadits bahwa

"Nabi Muhammad Saw adalah orang yang rajin bersedekah, dan lebih rajin lagi bersedekah ketika berada di bulan Ramadhan".

Nabi Muhammad itu dalam kesehariannya adalah orang yang dermawan, puncak kedermawanan beliau ialah ketika beliau berada di bulan Ramadhan. Ini memberi pelajaran bagi kita bahwa di bulan Ramadhan kita dianjurkan untuk menjadi orang yang lebih dermawan, namun bukan berarti ketika Ramadhan berakhir kedermawan kita berhenti, akan tetapi harus terus dipertahankan, karena sesungguhnya di balik kedermawanan kita kepada sesama banyak kebaikan yang dapat kita peroleh.

Jama'ah Sholat Jum'at yang dirahmati oleh Allah Swt

Itulah setidaknya empat amalan yang seharusnya setelah berakhir bulan Ramadhan akan tetapi kita tetap Istiqomah mengamalkannya di luar bulan Ramadhan. Walaupun sesungguhnya setiap amal ibadah itu hendaknya haruslah istiqomah untuk diamalkan, karena inilah hal yang paling dicintainya oleh Allah Swt.

05 Syawal 1443 H / 05 Mei 2022 M

Tahapan Turunnya AlQur'an


Pengertian Nuzulul Qur'an

Oleh : Muhammad Syukri Hasibuan, S.Sos.I 

Nuzul artinya adalah pindahnya sesuatu dari atas ke bawah atau dipindahkannya sesuatu dari atas ke bawah. Pindahnya sesuatu dari atas ke bawah kita kenal dengan istilah turun. Maka dari itu Nuzulul Qur'an dapat kita artikan dengan berpindahnya atau turunnya AlQur'an dari atas ke bawah.

Turunnya AlQur'an hingga sampai ke dunia atau sampai ke Nabi Muhammad itu melalui beberapa tahapan, yaitu :

1. Allah menurunkan AlQur'an ke Lauhul Mahfudz

Tahapan pertama turunnya AlQur'an ialah turunnya AlQur'an dari sisi Allah secara keseluruhan ke Lauh Mahfudz. Apa itu Lauh Mahfudz? Di dalam buku Ensiklopedia Makna AlQur'an Syarah Al-Faazhul Qur'an dikatakan bahwa Lauh Mahfudz adalah tempat menyimpan berita-berita ghoib, termasuk AlQur'an. Lauh Mahfudz terbuat dari mutiara putih, lembaran-lembarannya dari permata yaqut yang berwarna merah, pena dan kitabnya adalah cahaya. Diterangkan juga di dalam kitab Tafsir Ibnu Katsir bahwa Lauh Mahfudz itu berwarna putih yang panjangnya seukuran antara langit dan bumi dan lebarnya antara barat dan timur, sisi-sisinya terbuat dari intan permata.

2. AlQur'an diturunkan dari Lauh Mahfuzh ke Baitul Izzah

Setelah AlQur'an turun dari sisi Allah ke Lauh Mahfudzh, maka tahapan yang kedua ialah turunnya AlQur'an dari Lauh Mahfuzh ke Baitul Izzah (tempat di langit dunia). Turunnya AlQur'an dari Lauh Mahfuzh ke Baitul Izzah juga secara keseluruhan dan ini terjadi pada malam lailatul qodar tepatnya pada bulan Ramadhan.

3. Turunnya AlQur'an dari Baitul Izzah kepada Nabi Muhammad Saw

Tahapan yang ketiga dari turunnya AlQur'an ialah turunnya AlQur'an dari Baitul Izzah kepada Nabi Muhammad Saw secara berangsur-angsur selama 23 tahun.

Kapan AlQur'an diturunkan?

🔹 Pada tahapan pertama AlQur'an diturunkan, tidak ada yang mengetahui kapan waktunya AlQur'an diturunkan kecuali hanya Allah Swt.

🔹 Pada tahapan kedua AlQur'an diturunkan secara keseluruhan dari Lauh Mahfuzh ke Baitul Izzah hanya dalam waktu satu malam saja yaitu pada bulan Ramadhan. Hal ini berdasarkan tiga ayat yang terdapat di dalam AlQur'an, yaitu :
1. Surat Ad-Dukhon ayat 3

اِنَّآ اَنْزَلْنٰهُ فِيْ لَيْلَةٍ مُّبٰرَكَةٍ َ

"Sesungguhnya Kami (mulai menurunkannya pada malam yang diberkahi (Lailatulqadar)"

2. Surat Al-Qodr ayat 1

اِنَّآ اَنْزَلْنٰهُ فِيْ لَيْلَةِ الْقَدْرِ

"Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur’an) pada Lailatul qadar".

3. Surat Al-Baqoroh ayat 185

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِيْٓ اُنْزِلَ فِيْهِ الْقُرْاٰنُ

"Bulan Ramadan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an... "

Berdasarkan ketiga ayat yang terdapat di atas maka jelaslah bahwa AlQur'an itu diturunkan pada malam yang berkah, yaitu pada malam Lailatul Qodar yang ada pada salah satu malam di malam-malam bulan Ramadhan.

Namun perlu untuk di garis bawahi bahwa turunnya AlQur'an yang dimaksud dari 3 ayat di atas bukanlah turunnya AlQur'an kepada Nabi Muhammad, akan tetapi turunnya AlQur'an dari Lauh Mahfuzh ke Baitul Izzah. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa AlQur'an yang diturunkan kepada Nabi Muhammad itu secara berangsur-angsur selama 23 tahun, sedangkan pada 3 ayat di atas menjelaskan bahwa turunnya AlQur'an dalam satu malam saja.

🔹 Tahapan ketiga yaitu turunnya AlQur'an dari Baitul Izzah kepada Nabi Muhammad Saw secara berangsur-angsur. Adapun surat pertama yang turun ialah surat Al-Alaq ayat 1 - 5. Mengenai kapan turunnya surat Al-Alaq ini, dikalangan ulama juga terjadi perbedaan pendapat, ada yang mengatakan tanggal 17, 18, 21, 25 Ramadhan, bahkan ada juga yang berpendapat bulan Rabiul Awwal dan bulan Rojab.

Kenapa Di Indonesia Peringatan Nuzulul Qur'an pada Malam 17 Ramadhan?

Di Indonesia peringatan Nuzulul Qur'an jatuh pada malam ke - 17 Ramadhan karena mengikuti pendapat yang meyakini bahwa AlQur'an pertama kali turun ke bumi yaitu Surat Al-Alaq pada tanggal 17 Ramadhan. Adapun dalil yang digunakan berdasarkan Surat Al-Anfal ayat 41

 وَمَآ اَنْزَلْنَا عَلٰى عَبْدِنَا يَوْمَ الْفُرْقَانِ يَوْمَ الْتَقَى الْجَمْعٰنٌِۗ

"kepada apa yang Kami turunkan kepada hamba Kami (Nabi Muhammad) pada hari Al-furqon (pembeda), yaitu pada hari bertemunya dua pasukan".

Di dalam kitab Ibnu Katsir dikatakan bahwa AlQur'an itu diturunkan pertama kali pada "Yaumul Furqon", yaitu hari dimana Allah membedakan antara yang haq dan yang bathil, itulah pada kaum muslimin berperang melawan kaum kafir dalam perang Badar. Kapan perang Badar terjadi? Pada tanggal 17 Ramadhan tahun kedua Hijriah.

والله اعلم بالصواب

Sumber Rujukan
- Ensiklopedia AlQur'an
- Tafsir Ibnu Katsir
- Buku Ulumul Qur'an

Syukuri 3 Hal ini ketika bertemu kembali dengan bulan Ramadhan


Mari Bersyukur di Bulan Ramadhan

Oleh : Muhammad Syukri Hasibuan, S.Sos.I

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. َأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. فيا عبادالله أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ 
وقال الله تعالى في كتبه الكريم يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْن

Jama'ah Sholat Jum'at yang dirahmati oleh Allah Swt

Salah satu hikmah yang dapat kita petik ketika kita telah berada di dalam Bulan Ramadhan ialah kita mampu menjadi orang yang bersyukur. Mengapa kita perlu bersyukur kepada Allah Swt atas semua nikmat-nikmat yang kita peroleh selama ini? Karena hanya dengan cara bersyukurlah nikmat itu bisa bertambah dan menjauhkan diri kita dari azab Allah yang amat sangat pedih. Lalu setelah kita sampai di bulan Ramadhan ini, hal apa yang perlu kita syukuri?

1. Bersyukur atas nikmat umur yang telah diberikan Allah

Mari coba kita ingat-ingat, sudah berapa banyak orang-orang yang sudah mendahului kita sebelum masuknya belum Ramadhan, namun Alhamdulillah Allah masih memberikan umur yang panjang bagi kita sehingga kita saat ini sudah berada di dalam bulan Ramadhan dan Allah telah mengabulkan doa kita tahun lalu, yaitu kita berdoa agar dipertemukan kembali dengan bulan Ramadhan yang akan datang. Hari ini setelah kita bertemu kembali dengan bulan Ramadhan, maka janganlah kita sia-siakan nikmat kesempatan yang telah diberikan oleh Allah ini kepada kita. Jika tetap kita sia-siakan kesempatan ini, maka tergolonglah kita kepada orang-orang yang merugi, seperti yang digambarkan di dalam Surat Al-Ashr 1-3

والعصر، ان الانسان لفي خسر، الا الذين آمنوا وعملوا الصلحت وتوا صوب الحق وتوا صوب الصبر

"Demi masa, sesungguhnya manusia manusia dalam keadaan merugi, kecuali orang-orang yang beriman dan beramal sholeh dan saling nasihat-menasihati dalam kebaikan dan kesabaran"

Jama'ah Sholat Jum'at yang dirahmati oleh Allah Swt

Demi waktu, sesungguhnya manusia dalam keadaan merugi, siapa itu? Itulah orang-orang yang Allah berikan kesempatan namun dia abaikan kesempatan tersebut, padahal jika dia manfaatkan waktu itu untuk menjadi orang yang beriman dan mengerjakan amal sholeh serta mau saling nasihat-menasihati dalam hal kebaikan dan kesabaran tentulah dia akan menjadi orang-orang yang beruntung.
Lebih parahnya lagi ialah jika ada orang yang telah bertemu dengan bulan Ramadhan, kemudian bulan Ramadhan itu berlalu namun dosa-dosanya belum diampuni padahal bulan Ramadhan itu bulan ampunan, maka kata Rasulullah inilah orang yang celaka, sebagaimana yang dikatakan di dalam hadits

رَغِمَ أَنْفُ عَبْدٍ أَوْ بَعُدَ دَخَلَ عَلَيْهِ رَمَضَانُ فَلَمْ يُغْفَرْ لَهُ

“Celakalah seorang hamba yang mendapati bulan Ramadhan kemudian Ramadhan berlalu dalam keadaan dosa-dosanya belum diampuni.” (HR. Ahmad)

2. Bersyukur atas nikmat kesehatan

Ada orang yang bertemu kembali dengan bulan Ramadhan, akan tetapi dia bertemu dengan Bulan Ramadhan dalam kondisi sakit, sehingga menyebabkan dirinya tidak bisa berpuasa dan mengerjakan berbagai rangkaian ibadah di bulan Ramadhan. Maka sudah sepatutnyalah kita bersyukur kepada Allah kita bisa bertemu kembali dengan bulan Ramadhan dalam keadaan sehat sehingga kita bisa berpuasa dan mengerjakan berbagai rangkaian ibadah di bulan Ramadhan. 
Nabi Muhammad Saw pernah bersabda

نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنْ النَّاسِ الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ

“Dua nikmat, kebanyakan manusia tertipu dengan keduanya, yaitu kesehatan dan waktu luang.” (HR. Bukhari)

Ketauhilah, kesehatan yang prima dan waktu yang luang sering menipu manusia. Di saat kesehatan itu masih prima kita sering melalaikan ibadah, namun ketika kesehatan telah berlalu baru kita menyesal dan berharap bisa kembali sehat sedia kala sehingga bisa beribadah kepada Allah, begitu juga dengan waktu, kita sering terlalaikan oleh waktu yang panjang, namun ketika waktu itu telah berlalu kita pun menyesal mengapa ketika waktu itu ada kita tidak mampu untuk memanfaatkannya. 
Maka dari itu, bagi kita yang masih diberikan Allah nikmat waktu dan kesehatan, maka bersyukurlah kepada Allah dengan cara memanfaatkannya untuk taat beribadah kepada Allah terlebih lagi saat ini kita telah berada di bulan Ramadhan.

3. Bersyukur atas nikmat iman

Syukur yang ketiga ialah bersyukur atas nikmat iman yang diberikan Allah kepada kita. Perintah puasa wajib terdapat di dalam Surat Al-Baqoroh ayat 183

يايها الذين آمنوا كتب عليكم الصيام كما كتب على الذين من قبلكم لعلكم تتقون

"Hai orang-orang yang beriman diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana yang diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa"

Mari kita perhatikan ayat di atas, Allah hanya memanggil orang-orang yang beriman untuk menjalankan ibadah puasa dan kita menyahuti panggilan tersebut karena di dalam dada kita ada rasa keimanan dan inilah nikmat terbesar. Adapun jika ada orang-orang yang tidak merasa bahwa Allah memanggil dirinya, maka ini adalah musibah yang besar bagi dirinya, karena dia tidak ada merasakan lagi keimanan di dalam dirinya. Maka orang-orang yang seperti ini sudah seharusnya kembali mendekatkan dirinya kepada ketaatan kepada Allah dan terus memperbarui imannya dengan memperbanyak ucapan "Laailaha illalloh". Dengan cara seperti ini Insya Allah dia akan merasakan kembali hadirnya keimanan di dalam dirinya.

بارك الله لي ولكم في القران العظيم ونفعني واياكم بما فيه من لايت والذكر الحكيم وتقبل مني ومنكم تلاوته انه هوا الغفور الرحيم

Jangan lupa mari berbagi kebaikan dengan men-share tulisan ini

Mengapa Allah Hanya Memanggil Orang-orang yang Beriman Untuk Menjalankan Ibadah Puasa?

Dalil Perintah Puasa di Bulan Ramadhan 

Perintah menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadhan terdapat di dalam AlQur'an Surat Al-Baqoroh ayat 183 

يايها الذين آمنوا كتب عليكم الصيام كما كتب على الذين من قبلكم لعلكم تتقون

"Hai orang-orang yang beriman diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa" 

Perhatikan pada ayat tersebut, Allah hanya memanggil orang-orang yang beriman saja, lalu pertanyaannya mengapa Allah hanya memanggil orang-orang yang beriman saja? 

Mari temukan jawabannya dalam link video yang terdapat di bawah 👇

Semoga bermanfaat!! 

Allah Hanya Memanggil Orang-orang yang Beriman Untuk Menjalankan Ibadah Puasa

3 Keistimewaan yang Diturunkan Allah di Dalam Bulan Sya'ban


Keistimewaan yang Diturunkan Allah di Dalam Bulan Sya'ban

Oleh : Muhammad Syukri Hasibuan, S.Sos.I

Di dalam Kitab Al-Fadhoil dijelaskan bahwa Sya'ban itu berasal dari kata "Tasya'ub" yang berarti bercabang-cabang. Pengertian ini sesuai dengan banyaknya cabang-cabang kebaikan dan keistimewaan yang terdapat di dalam bulan Sya'ban. Sehingga di dalam hadits dikatakan, "Keutamaan bulan Sya'ban itu dibandingkan dengan bulan-bulan lainnya adalah seperti keutamaanku dibandingkan dengan Nabi-Nabi yang lain". Adapun cabang-cabang kebaikan yang bisa diamalkan oleh umat Islam di dalam Bulan Sya'ban ialah berpuasa sunnah khususnya puasa Nisyfu Sya'ban, mengisi malam Nisyfu Sya'ban dan memperbanyak sholat sunnah.

Selain banyaknya cabang-cabang kebaikan yang terdapat di dalam Bulan Sya'ban, maka Allah juga menurunkan keistimewaan di dalam Bulan Sya'ban. Jika bulan Rojab menjadi istimewa karena di dalamnya terdapat peristiwa Isra' dan Mi'raj Nabi Muhammad Saw dan Bulan Ramadhan menjadi istimewa karena di dalamnya diturunkan AlQur'an, maka setidaknya ada tiga hal yang membuat bulan Sya'ban menjadi istimewa, diantaranya ialah :

1. Berpindahnya Kiblat Umat Islam dari Masjidil Aqsho ke Ka'bah

Setelah Nabi Muhammad kembali dari perjalanan Isra' dan Mi'raj dan membawa perintah sholat, maka semenjak itu hingga selama 17 bulan umat Islam sholat dengan kiblat yang mengarah ke Baitul Maqdis. Maka selama 17 Bulan itu juga Nabi Muhammad berharap kepada Allah dengan cara selalu menghadapkan wajahnya ke langit agar kiblat umat Islam dapat beralih ke Ka'bah. Nabi berharap demikian karena orang-orang Yahudi mengolok-olok umat Islam dengan mengatakan, "Mereka mengatakan Islam itu berbeda dengan Yahudi, akan tetapi kiblat mereka mengikuti agama Yahudi". 
Akhirnya, setelah berharap selama 17 bulan, Allah pun menjawab harapan Nabi Muhammad, kiblat umat Islam pun beralih dari Baitul Maqdis menuju Ka'bah. Peristiwa ini telah diabadikan di dalam AlQur'an Surat Al-Baqoroh ayat 144

قَدْ نَرٰى تَقَلُّبَ وَجْهِكَ فِى السَّمَاۤءِۚ فَلَنُوَلِّيَنَّكَ قِبْلَةً تَرْضٰىهَا ۖ فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ ۗ

"Sungguh, Kami melihat wajahmu (Nabi Muhammad) sering menengadah ke langit. Maka, pasti akan Kami palingkan engkau ke kiblat yang engkau sukai. Lalu, hadapkanlah wajahmu ke arah Masjidilharam".

Dikabulkan Allah doa Nabi Muhammad agar kiblat umat Islam kembali ke Ka'bah setelah 17 bulan lamanya seakan mengajarkan kita untuk tidak pernah bosan berdoa kepada Allah. Lihatlah, sekelas Nabi Muhammad Saw dikabulkan doanya setelah 17 bulan lamanya, lalu siapa kita yang sedang berdoa langsung ingin dikabulkan.

Maka di bulan Sya'ban ini mari kita perbanyak doa kepada Allah, setidaknya ada tiga doa yang kita panjatkan terutama setelah membaca Surat Yasin tiga kali. Doa pertama diberikan umut yang panjang dan selalu dalam ketaatan, doa kedua, diberikan keluasan rezeki dan dijauhkan dari segala macam mara bahaya dan doa ketiga ialah meminta kepada Allah agar kelak kita bisa mati dalam keadaan Husnul Khotimah.

2. Turunnya awal perintah Sholawat
Allah Swt berfirman di dalam Surat Al-Ahzab ayat 56

اِنَّ اللّٰهَ وَمَلٰۤىِٕكَتَهٗ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّۗ  يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا

"Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya berselawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman, berselawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya".

Ayat di atas adalah ayat akan perintah bagi orang-orang yang beriman untuk selalu bersholawat kepada Nabi Muhammad Saw. Mayoritas ulama, khususnya para ahli tafsir sepakat bahwa turunnya ayat ini adalah pada bulan Sya'ban.

Dalam ayat itu tersebut terdapat tiga sholawat, yaitu sholawat dari Allah kepada Nabi Muhammad, sholawat dari para Malaikat kepada Nabi Muhammad dan sholawat orang-orang yang beriman kepada Nabi Muhammad Saw. Sholawatnya Allah kepada Nabi Muhammad merupakan pujian yang diberikan oleh Allah kepada Nabi Muhammad, sedangkan sholawatnya para Malaikat kepada Nabi Muhammad Saw merupakan doa kepada Allah agar melimpahkan anugerahnya kepada Nabi Muhammad Saw. Adapun sholawatnya orang-orang yang beriman kepada Nabi Muhammad Saw berarti berharap agar Allah selalu mencurahkan Rahmat dan ampunan-Nya kepada kita.
Karena turunnya perintah Sholawat ini di bulan Sya'ban, maka dianjurkanlah bagi umat Islam untuk memperbanyak melantunkan sholawat kepada Nabi Muhammad Saw pada bulan Sya'ban ini. Ketauhilah, Nabi Muhammad Saw pernah bersabda

"Barangsiapa yang bersholawat satu kali kepadaku, maka Allah akan bersholawat 10 kali kepadanya".

3. Diturunkannya kewajiban berpuasa di Bulan Ramadhan

Imam An-Nawawi dalam Majmu' Syarah Al-Muhadzadzab mengatakan bahwa Nabi Muhammad menjalankan ibadah puasa selama hidupnya sebanyak 9 kali dan di mulai dari tahun ke - 2 Hijrah setelah perintah kewajiban berpuasa diturunkan pada bulan Sya'ban. Hikmah perintah puasa ini diturunkan di Bulan Sya'ban ialah agar umat Islam bersegera mempersiapkan dirinya di Bulan Sya'ban sehingga ketika masuk ke dalam bulan suci Ramadhan umat Islam telah siap untuk menjalankan setiap rangkaian ibadah di Bulan Ramadhan dengan maksimal, khususnya ibadah puasa.
Aisyah ra. pernah berkata bahwa, "Aku tidak pernah melihat beliau lebih sering berpuasa daripada bulan Sya'ban" (HR. Bukhari dan Muslim)

Mengapa Nabi Muhammad Saw demikian? Sesungguhnya karena Nabi Muhammad ingin mengajarkan kita untuk berlatih berpuasa di bulan Sya'ban, sehingga ketika bulan Ramadhan tiba, kita mampu berpuasa dengan maksimal, tanpa merasa berat sedikit pun. Maka sudah selayaknya jugalah kita sebagai umat Nabi Muhammad memperbanyak puasa sunnah di bulan Sya'ban, sehingga kita sudah terbiasa nanti ketika menjalankan ibadah wajib di bulan Ramadhan.

والله اعلم بالصواب