Bertaubat dari Kemurtadan


Murtad merupakan status bagi seseorang yang telah keluar dari agama Islam. Barangsiapa yang telah murtad maka ada beberapa kewajiban yang segera dikerjakannya :
Pertama, wajib segera kembali kepada agama Islam
Kedua, wajib kembali mengucapkan dua kalimat syahadat 
Ketiga, wajib meninggalkan atau melepaskan diri dari hal-hal yang membawa dia ke dalam kemurtadan.
Keempat, wajib bagi orang yang telah murtad menyesali perbuatannya dan berjanji untuk tidak mengulangi hal yang pernah dilakukannya.
Kelima, wajib mengganti (mengqodho) kewajiban-kewajiban syariat yang telah ditinggalkan selama dia murtad.

Bagi yang mengetahui seseorang tersebut murtad, maka wajib baginya menyuruh untuk bertaubat, jika ia tidak mau juga untuk bertaubat. Kemudian tidak diterima darinya kecuali kembali pada agama Islam atau dihukum mati.

Adapun konsekuensi dari mereka yang murtad :
👉 puasa dan tayammum menjadi batal. 
Batalnya tayammun karena dengan bertayammum maka diperbolehkan melaksanakan sholat, sedangkan orang yang murtad menghalangi dari melaksanakan diperbolehkannya sholat. 
👉 Pernikahan menjadi batal jika sebelum terjadi hubungan biologis. 
👉 Pernikahan juga menjadi batal jika sudah terjadi hubungan biologis. Adapun ketentuannya, jika sebelum habis masa 'iddah nya, kemudian dia kembali masuk Islam, maka pernikahannya sah, namun jika dia tetap dalam kemurtadannya maka pernikahan batal. 
👉 Akad nikah yang dilakukan orang murtad tidak sah. 
👉 Sembelihannya tidak sah
👉 Tidak bisa mewarisi dan diwarisi
👉 Mayatnya tidak boleh disholati, dimandikan, dikafani dan dikuburkan diperkuburan muslim.
👉 Harta bendanya menjadi harta fay'. Harta fay' adalah harta yang diperoleh dari orang kafir tanpa melalui jalan peperangan. Harta fay' ini seperti jizyah, yakni harta yang diambil dari orang kafir sebagai imbalan dan menjamin dirinya tidak akan diperangi dan pengakuan keberadaannya di tengah-tengah kawasan umat Islam.

Adapun amal seseorang sebelum dia murtad maka dia dianggap sudah melaksanakan ibadah yang telah dikerjakannya, hanya saja dia tidak mendapatkan pahala dari amalan yang telah dikerjakannya sebelum murtad. Maka dari itu jika ia kembali masuk Islam, maka tidak wajib bagi dia mengganti (mengqodho) amal yang telah dikerjakannya sebelum dia murtad dan tidak diminta pertanggungjawaban atas amal perbuatan tersebut.

Rujukan : Kajian Sullam at-taufiq hal. 41-44
والله اعلم باالصواب

Memetik Pelajaran dari datangnya Virus Corona


Para pembaca yang dirahmati oleh Allah Swt
Saat ini Allah sedang menunjukkan kebesaranNya kepada seluruh umat manusia yang ada di dunia, Allah menunjukkan kebesaranNya hanya melalui makhluk yang ukurannya sangat kecil, hanya berukuran 150 Nanometer, namun walaupun berukuran sangat kecil dan tidak bisa dilihat dengan mata kepala tapi bisa menggemparkan dunia dan menyelimuti rasa takut bagi setiap manusia.

Melalui makhluk Allah yang berukuran kecil ini yang kita kenal dengan virus corona, sudah seharusnya bagi orang-orang yang beriman menjadi bahan tafakkur atau berdzikir kepada Allah. Banyaknya korban yang berjatuhan akibat virus corona ini seharusnya membuat kita dapat memetik banyak pelajaran, adapun pelajaran yang dapat kita petik ialah:

Pertama, Allah Maha Besar 
Sebenarnya manusia mengakui kedhoifan disisi Allah, ini dibuktikan ketika seorang muslim melaksanakan ibadah sholat fardhu 5 waktu sehari semalam dengan memulai sholat mengucapkan takbirotul ihrom, yaitu Allahu Akbar yang artinya Allah Maha Besar. Namun sayangnya, tidak sedikit diantara kita yang mengakui Allah Maha Besar di dalam sholatnya, namun merasa paling hebat dan berkuasa ketika di luar sholat. Ini adalah sifat sombong, salah satu penyakit hati yang dapat menyebabkan seseorang tidak akan merasakan surganya Allah, hal ini disampaikan Nabi Muhammad Saw melalui sabdanya
"Tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya terdapat kesombongan walau hanya sebesar dzarroh" (HR. Muslim).
Melalui virus ini sudah seharusnya setiap manusia merasa dia bukanlah apa-apa jika tidak atas kekuasaan Allah yang Maha Besar.

Kedua, setiap manusia selalu mendekati kematiannya
Tidak ada satu makhluk Allah khususnya manusia yang menjauh dari kematian, semua makhluk Allah senantiasa mendekat kepada kematiannya. Maka datangnya virus corona tidak ada ubahnya dengan bencana-bencana alam lainnya, seperti gempa bumi, banjir, tsunami dan bencana lainnya, tentu sama-sama memiliki potensi membuat kita semakin dekat dengan kematian kita masing-masing. Setiap muslim juga telah membuat ikrarnya kepada Allah di setiap sholatnya bahwa hidup dan matinya karena Allah, hal ini telah di firmankan Allah di dalam Suroh Al-An'am ayat 162

قل ان صلاتي ونسكي ومحياي ومماتي لله رب العالمين

"Katakanlah : sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku dan matiku karena Allah ta'ala Tuhan semesta alam".

Namun perlu di garis bawahi, setiap yang bernyawa itu pasti mati, pernyataan ini benar tapi jangan sampai tidak tepat dalam memahaminya. Dengan adanya wabah virus ini, bukan berarti kita petantang petenteng kesana-kesini dengan dalih kita pasti mati. Islam tidak pernah mengajari kita untuk mati konyol, sudah seharusnya kita menjadi manusia yang tidak memberikan kemudhoratan bagi orang lain jika sudah terkena wabah virus, jika masih sehat maka jadilah manusia yang bermanfaat dengan berusaha sebisa mungkin menjaga diri dari wabah virus ini.
Bagi mereka yang memaksakan dirinya untuk keluar juga demi nafkah keluarganya, keluarlah niatkan karena Allah dan demi menafkahi anak dan istri tapi tetapi waspada dan jangan sombong. 

Ketiga, Makanlah makanan yang halal lagi baik
Allah telah berfirman di dalam Suroh Al-Baqoroh ayat 168

يايها الناس كلوا مما في الارض حلال طيبا ولا تتبعوا خطوات الشيطان انه لكم عدو مبين

"Hai manusia, Makanlah yang halal lagi baik apa yang ada di bumi, janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan, sesungguhnya dia musuh yang nyata bagimu".

Ayat ini menjelaskan kepada seluruh umat manusia agar memakan makanan apa yang ada di bumi ini makanan yang baik lagi halal. Namun, peringatan ini diabaikan oleh manusia, mereka memakan makanan yang tidak baik dan tidak halal, yaitu kelelawar. Berdasarkan penelitian, virus yang sedang menyebar saat ini di indikasi berasal dari binatang tersebut. Maka wajar apa yang terjadi karena virus ini terhadap manusia, karena apa yang telah peringatab dilanggar oleh manusia itu. 

Keempat, Islam mengajarkan kita tentang kebersihan
Nabi Muhammad Saw 
الطهور شطر الايمان
"Kebersihan itu adalah sebagian dari Iman" 
Orang yang beriman akan senantiasa menjaga kebersihan, baik itu bersih jasmani maupun rohaninya. Mungkin selama ini banyak dari kita yang mengabaikan tentang apa itu kebersihan, itu terbukti dengan membuang sampag sembarangan, bahkan mungkin buang air kecil sembarangan. Namun setelah datangnya virus ini, semua seakan sadar kebersihan itu amatlah sangat penting, bahkan dikatakan di dalam AlQur'an bahwasanya Allah mencintai orang-orang yang bersih. 
ان الله يحب التوابين ويحب المتطهرين
"Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang ysng bertaubat dan mencintai orang-orang yang bersuci". 

Pentingnya Niat

Nabi Muhammad Saw
انما الاعمال باالنيات وانما لكل امرئ مانوى، فمن كانت هجرته الى الله ورسوله فهجرته الى الله ورسوله، ومن كانت هجرته لدنيا يصيبهااوامراة ينكحها فهجرته الى ماهاجر اليه
(Innamal a'malu binniyat wa innama likullimri im ma nawa, famankanat hijratuhu ilallohi wa rosulihi fahijratuhu ilallohi wa rosulihi, wa mankanat hijrotuhu lidunya yusibuha awim roatin yankihuha wa mankanat hijrotuhu ilaa ma hajaro ilaih

Artinya :
"Setiap amal tergantung pada niatnya dan setiap orang mendapatkan apa yang diniatkannya. Barangsiapa yang hijrah karena Allah dan Rasulnya, maka hijrahnya karena Allah dab Rasulnya dan barangsiapa yang hijrah karena dunia yang ingin dinikmatinya dan wanita yang ingin dinikahinya, maka hijrahnya kepada apa yang diniatkannya"

Penjelasan :
Niat menurut bahasa adalah bermaksud (Qoshdun). Sedangkan menurut bahasa ialah bermaksud mengerjakan sesuatu yang disertai dengan mengerjakannya. Jika hanya bermaksud mengerjakan saja, namun tidak disertai dengan mengerjakannya maka disebut dengan azman. 
انما الاعمال باالنيات
Para ulama mengatakan kata "Innama" itu bermakna membatasi terhadap apa yang disebutkan saja, dan meniadakan selain dari apa-apa yang tidak disebutkan. 
Dengan kata lain suatu amal itu akan dihitung sebagai pahala jika disertai dengan niat, jika suatu amalan tidak disertai dengan niat maka amalan tersebut tidak dihitung sebagai sebuah pahala. Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat diartikan tidak ada artinya amal jika tidak disertai dengan niat.
Perlu juga diketahui makna "innama" bukan berfungsi membatasi secara keseluruhan (kulli), akan tetapi kebanyakan (aktasari). Karena adakalanya ada amalan yang sah walaupun tanpa diniatkan, misalnya azan dan membaca AlQur'an serta sah meninggalkan sesuat tanpa disertai dengan niat, misalnya meninggalkan perbuatan zina.

وانما لكل امرئ ما نوى
Maksudnya ialah ganjaran atas sesuatu yang telah diniatkan. Jika sesuatu yang dilandasi dengan niat yang baik maka akan baik pula hasil yang didapatkan, begitu juga sebaliknya jika sesuatu yang dilandasi dengan niat yang buruk maka sudah tentu buruk pula ganjaran yang akan diperoleh. Maka dari itu niat seorang muslim itu lebih baik dari amalnya.
Sudah seharusnya setiap perbuatan ketaatan harus dihadirkan terlebih dahulu niat, ikhlas semata-mata karena Allah. Inti dari sebuah perbuatan adalah niat. Barangsiapa yang membuka satu pintu kebaikan dari dirinya maka Allah akan membuka tujuh puluh pintu taufiq kepadanya dan barangsiapa yang membuka satu pintu keburukan dari dirinya maka Allah akan membuka tujuh puluh pintu kehinaan baginya. Pintu kebaikan itu berasal dari niat yang baik dan pintu keburukan itu berasal dari niat yang buruk. Apabila seseorang berniat melakukan kebaikan maka dia akan diberikan pahala meskipun dia belum mengerjakannya

فمن كانت هجرته الى الله ورسوله
Siapa-siapa yang berhijrah sudah seharusnya niat dan tujuannya ialah meraih keridhoan Allah dan Rasulnya, bukan karena sesuatu hal selain dari Allah dan Rasulnya.

فهجرته الى الله ورسوله
Siapa-siapa yang berhijrah juga harus sesuai dengan hukum dan yang disyariatkan oleh agama. Seperti hijrah dari negeri kafir menuju ke negeri Islam, atau hijrah dari negeri yang penduduknya sudah biasa memakan sesuatu yang haram atau hijrah dari negeri yang suka mencaci para ulama dan orang-orang shalih. Namun pada hakikatnya hijrah ialah meninggalkan apa-apa yang telah dilarang oleh Allah atas dirinya.

ومن كانت هجرته لدنيا 
Dunia adalah tempat yang saat ini kita huni, tempat yang sungguh sangat hina dan lebih dahulu daripada akhirat. Dunia adalah tempat kesusahan, kesedihan, kekeruhan, kepayahan dan kelelahan. Dunia mengangkat derajat orang-orang yang bodoh dan merendahkan orang-orang yang berilmu. 
يصيبها
Jika niat seseorang hijrah karena dunia, maka dia akan memperolehnya sesuai dengan niatnya.

اومراة ينكحها
Atau menginginkan wanita untuk dinikahinya, maka dia juga akan memperolehnya. Mengapa wanita dikhususkan dalam riwayat ini? Hal ini dikarenakan wanita adalah fitnah yang maha besar, sebagaimana sabda Nabi Muhammad Saw, "Tidaklah aku tinggalkan sesudahku fitnah yang lebih banyak membawa bencana kepada kaum lelaki melebihi fitnah yang datangnya dari perempuan.
فهجرته الى ماهاجر اليه
Maka hijrahnya sesuai dengan apa yang ditujunya.


Wallohu a'lam bisshowab

Rujukan : Kitab Al-Majalisussaniyah hal. 1-8

KALIMAT TA'AWUDZ

Bentuk Kalimat Ta'awudz 
Kalimat Ta'awudz atau kalimat isti'adzah merupakan bentuk do'a kepada Allah agar terhindar dari segala keburukan yang berasal dari godaan syaitan. Adapun bentuk kalimat ta'awudz yang biasanya dilafazhkan ialah
اعوذ بالله من الشيطان الرجيم 
(A'udzu billaahi minasy syaitoonir rojiim) 
"Aku berlindung kepada Allah dari godaan syaitan yang terkutuk".

Namun perlu kita ketahui, bahwasanya ada bentuk kalimat ta'awudz selain daripada yang di atas, yaitu
اعوذ بالله السميع العليم من الشيطان الرجيم 
(A'udzu billaahis samii'il 'aliimi minasy syaitoonir rojiim)
"Aku berlindung kepada Allah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui dari godaan syaitan yang terkutuk" 

Dan ada beberapa bentuk ta'awudz lainnya, maka menurut para ulama boleh menggunakan bentuk ta'awudz selain dari yang biasa di dengar, namun para ulama lebih menyarankan menggunakan bentuk ta'awudz yang pertama atau yang bisa di dengar.

Waktu Membaca Ta'awudz
Mayoritas ulama mengatakan waktu membaca ta'awudz adalah ketika s hendak membaca AlQur'an, walaupun menurut beberapa ulama mengatakan membaca ta'awudz itu ketika sudab selesai membaca AlQur'an. Para ulama menggunakan dalil yang sama, namun memiliki pemahaman yang berbeda. Adapun dalil yang mereka kemukakan ialah berdasarkan surat An-Nahl ayat 98 yaitu
فاستعذ بالله من الشيطان الرجيم 

Para ulama memiliki perbedaan dalam memahami ayat di atas.
Pendapat ulama yang pertama mengartikan ayat di atas
"Apabila kamu hendak membaca AlQur'an maka memohon perlindungan dari Allah atas godaan syaitan yang terkutuk".

Walaupun kata قرأت merupakan kalimat fi'il madhi yang menunjukkan telah, namun karena struktur bahasanya sama dengan perintah wudhu yang terdapat di dalan Surat Al-Maidah ayat 6
اذا قمتم الى الصلاة
Walau menggunakan kalimat fi'il madhi, namun tetap diartikan "hendak". Inilah mengapa sebagian para ulama mengatakan membaca ta'awudz apabila hendak membaca AlQur'an, bukan setelah membaca AlQur'an. 

Pendapat ulama yang kedua 
Ulama lainnya berbeda pendapat, mereka mengartikan قرأت itu ialah "telah membaca", karena sesuai dengan kaidah kalimat fi'il madhi. Inilah mengapa sebagian ulama mengatakan membaca ta'awudz setelah selesai membCa AlQur'an, bukan ketika hendak membaca AlQur'an.

Hukum membaca Ta'awudz
Membaca kalimat ta'awudz hukumnya sunnah, baik itu di dalam sholat maupun di luar sholat. Menurut pendapat yang shohih ta'awudz disunnahkan dibaca setiap roka'at ketika di dalam sholat. Sedangkan pendapat ulama lain mengatakan hanya di awal roka'at saja ketika di dalam sholat, dan jika terlupa maka pada roka'at berikutnya. Sedangkan di dalam sholat jenazah para ulama sepakat disunnahkan membaca ta'awudz dalam takbir pertama ketika sholat jenazah.

Wallohu a'lam bisshowab 

Rujukan : Masail AlQur'an, hal 1-3

Tujuan Allah Meng-Isra' dan Mi'raj kan Nabi Muhammad Saw

Khutbah Pertama

الْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ أَمَرَنَا بِالتَّقْوَى وَوَصَّى وَأَحَاطَ بِكُلِّ شَيْئٍ عِلْمًا. وَأَحْصَى أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلَهَ اِلَّا اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ شَهَادَةَ اْلأَتْقَى. أَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى وَعَلَى أَلِهِ وَصَحْبِهِ مَنَّ بِجَمِيْعِ حُقُوْقِهِ قَضَى. اَمَّا بَعْدُ
اُوْصِيْنِيْ نَفْسِىْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ قَالَ اللهُ تَعَالَى بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ. يَاأَيُّهَا الَّذِيْنَ أَمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ.

Sudah menjadi kebiasaan Nabi Muhammad Saw dan umat Islam apabila sudah masuk bulan Rojab, maka ada sebuah doa yang dipanjatkan yaitu
اللهم بارك لنا في رجب وشعبان وبلغنا رمضان
"Ya Allah berkahilah kami di bulan Rojab dan Sya'ban dan sampaikanlah usia kami di bulan Ramadhan"

Doa yang dipanjatkan ini seakan mengindikasikan kepada kita bahwa bulan Rojab adalah persiapan awal untuk menyambut kedatangannya bulan Ramadhan. Bulan Rojab menjadi tonggak rangkaian ibadah - ibadah penting yang jatuh pada bulan setelahnya, yaitu bulan Sya'ban dan bulan Ramadhan. Sebagaimana ulama berkata
رجب شهر الزرع وشعبان شهر السقي و رمضان شهر الحصاد
"Rojab adalah bulan menanam, Sya'ban adalah bulan menyirami dan ramadhan adalah bulan memanen"

Maka dari itu, mari kita manfaatkan moment bulan Rojab ini menjadi moment untuk meningkatkan ibadah kita kepada Allah swt.

Para pembaca yang dirahmati Allah Swt 
Pada bulan Rojab ini terdapat satu peristiwa besar, yaitu peristiwa yang sungguh sangat sulit di nalar oleh akal, peristiwa tersebut adalah peristiwa Isra' dan Mi'raj Nabi Muhammad Saw. Peristiwa ini terjadi pada tanggal 27 Rojab dan sudah menjadi kebiasaan bagi umat Islam selalu memperingatinya. Jika mengikuti bulan Masehi maka peristiwa Isra' dan Mi'raj pada tahun ini akan jatuh pada tanggal 22 Februari 2020.

Para pembaca yang dirahmati oleh Allah Swt 
Peristiwa Isra' dan Mi'raj Nabi Muhammad Saw ialah dua buah peristiwa. Isra' adalah peristiwa diperjalankanNya Nabi Muhammad Saw dari Masjid Harom ke Masjidil Aqsho dengan menggunakan Buroq. Sedangkan Mi'raj adalah peristiwa naiknya Nabi Muhammad Saw dari Masjid Aqsho ke langit dan berakhir di Sidrotul Muntaha yang merupakan puncak tertinggi.

Para pembaca yang dirahmati oleh Allah Swt
Lalu pertanyaannya, apa yang melatarbelakangi terjadi peristiwa Isra' dan Mi'raj Nabi Muhammad Saw? Di dalam kitab Dardir bainama Qishotul mi'raj diterangkan ada tiga hal yang melatarbelakangi terjadinya peristiwa Isra' dan Mi'raj Nabi Muhammad Saw, yaitu :

Pertama, Nabi Muhammad ditinggalkan oleh pamannya Abu Tholib untuk selama-lamanya, sehingga hilanglah benteng yang selama ini melindungi beliau dari ancaman kaum kafir Quraisy saat itu.

Kedua, meninggal pula istri tercinta beliau yaitu Ummul Mukminin Khadijah ra, yang mana Khadijah ra selalu ada bagi beliau di dalam suka maupun duka, terutama dalam mendukung suksesnya dakwah beliau.

Ketiga, diusirnya Nabi Muhammad Saw dari ketika hendak berdakwah ke Kota Tho'if dengan cara melempari batu dan cacian dari penduduk Tho'if.

Karena hal ini maka  Allah mengajak Nabi Muhammad untuk bertamasya agar fikiran beliau yang sedang kalut kembali bersemangat menjadi rutinitas dakwah kepada seluruh manusia. Peristiwa Isra' dan Mi'raj Nabi Muhammad Saw seakan ingin memberitahukan beberapa hal kepada Nabi Muhammad Saw, yaitu :
1. Nabi Muhammad tidaklah sendiri
Nabi Muhammad memang sudah ditinggalkan oleh Pamannya yaitu Abu Tholib dan Istrinya Khadijah ra, serta beliau juga sudah ditolak oleh penduduk Tho'if, maka melalui peristiwa Isra' dan Mi'raj Allah ingin memberitahukan kepada beliau, boleh jadi saat ini Nabi Muhammad merasa sendiri, akan tetapi Penduduk langit sangat mencintainya dan Allah selalu bersama beliau jika sabar dan sholat selalu menjadi solusi setiap masalah, sebagaimana firman allah Swt
يايها الذين آمنوا استعينوا بالصبر والصلاة ان الله مع الصابرين
"Hai orang-orang yang beriman jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar" (Al-Baqoroh : 153)

2. Ingin menunjukkan tanda-tanda kebesaran Allah
Allah Swt berfirman di dalam Surat Al-Isra' ayat 1
لنريه من ايتنا انه هو السميع البصير
"Agar kami perlihatkan kepadanya sebagian ayat-ayat (tanda-tanda kebesaran) Kami. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui"

Perjalanan Isra' dan Mi'raj yang dialami Nabi Muhammad Saw tujuannya ialah untuk memperlihatkan kebesaran tuhannya yaitu Allah swt. Allah menunjukkan tanda-tanda kebesarannya kepada Nabi Muhammad ialah untuk menguatkan jiwa beliau, Allah ingin menegaskan bahwa Allah selalu ada untuk Nabi Muhammad, Allah akan senantiasa memberi pertolongan kepada orang yang telah memperjuangkan dan menolong agamaNya, sebagaimana firman Allah Swt di dalam Surat Muhammad ayat 7
يايها الذين آمنوا ان تنصروا الله ينصركم ويثبت اقدامكم
"Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu"

3. Allah ingin menguatkan mental Nabi Muhammad Saw
Semua kesedihan yang dialami Nabi Muhammad saw sehingga tahun itu disebut tahun kesedihan (Aamul Huzni) sesungguhnya ingin menguatkan mental Nabi Muhammad saw dalam berdakwah, sehingga tidak mudah lemah dan berputus asa. Jika sesosok pemimpin seperti Nabi Muhammad mudah lemah dan berputus asa ketika menghadapi pahitnya kehidupan dalam rangka berdakwah, tentu akan membuat para pengikutnya juga akan merasakan hal yang sesama, karena tidak memiliki figur yang ghirah (semangat) itu kembali berkobar. Ingat, setiap manusia pasti memiliki kesulitannya masing-masing, namun tidak setiap manusia mampu menyikapi kesulitannya tersebut. Seorang muslim sudah seharusnya menyikapi kesulitan melalui dua firman Allah, yaitu di dalam Surat Al-Baqoroh ayat 286 Allah berfirman
لايكلف الله نفس الاوسعها
"Allah tidak akan membebani kamu kecuali karena kamu mampu memikulnya"

Kemudian, di dalan Surat Al-Insyiroh ayat 5-6 Allah berfirman
فان مع العسر يسرا، ان مع العسر يسرا
"Maka sesungguhnya setelah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya setelah kesulitan itu ada kemudahan"

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ الْقُرْأَنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَاِيَّاكُمْ بِالْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ اِنَّهُ هُوَ الْبَرُّ الرَّؤُوْفُ الرَّحِيْمُ.

Khutbah Kedua

اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَاإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ