Keutamaan Mengawali Sesuatu dengan Kalimat Bismillah


KEUTAMAAN MENGAWALI SESUATU DENGAN KALIMAT BISMILLAH

بسم الله الرحمن الرحيم

Mereka yang mengetahui sunnah Nabi dan ingin memulai suatu yang baik pasti di awali dengan mengucapkan bismillah. Mengapa demikian?

Pertama karena mengikuti susunan AlQur'an yaitu dimulai dengan kalimat Bismillah.

Kedua karena mengikuti sunnah Nabi Muhammad Saw, sebagaimana sabdanya

كل امر ذي بال لايبدأ فيه بسم الله الرحمن الرحيم فهو ابتر

"Setiap perkara yang tidak diawali dengan "Bismillahir rohmanir rohiim" maka dia terputus"

Segala sesuatu perkara yang terpuji secara zhohirnya maka jika tidak dimulai dengan mengucapkan kalimat Bismillah maka akan terputus keberkahannya. Namun perlu juga diketahui bahwasanya ada hal yang terpuji secara batin akan tetapi secara zhohirnya tidak terpuji, misalnya buang air, orang buang air itu terpuji, jika orang tidak buang air maka bisa menyebabkan sakit, maka perkara yang seperti ini tidaklah boleh mengucapkan kalimat Bismillah.

Ketiga karena mengambil keberkahan dari kalimat Bismillah.

Berkah tidaklah menambah jumlah, akan tetapi berkah ialah menambah nilai-nilai kebaikan. Maka jika seseorang melakukan sesuatu yang baik, maka jika diawali dengan kalimat Bismillah, maka akan menambah nilai kebaikan dari yang hal yang dilakukannya tersebut.

Keempat, menunjukkan rasa ketergantungannya kepada Allah

Mereka yang memulai suatu hal yang baik lagi terpuji mengawalinya dengan kalimat Bismillah, maka sesungguhnya mereka sedang mengharapkan kesempurnaan dari Allah atas sesuatu hal yang dilakukannya.

بسم الله (dengan nama Allah) 
dengan nama Allah dia mengerjakan atau melakukan sesuatu, maka dia melibatkan Allah dalam urusannya yang sifatnya terpuji.

الرحمن (yang Maha Pengasih)
Kasih sayang Allah kepada hambanya di dunia, baik itu hamba yang taat kepada Allah maupun hamba yang maksiat kepada Allah.

الرحيم (yang Maha Penyayang)
Kasih sayang Allah yang diberikan Allah kepada hambaNya yang ahli iman, nanti ketika berada disurganya Allah. Maka Ar Rohiim tidak diberikan Allah kepada orang-orang kafir dan yang bermaksiat kepada Allah.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka barangsiapa melakukan hal-hal yang terpuji, kemudian dia mengawalinya dengan kalimat Bismillah, maka sesungguhnya dia sedang menunjukkan rasa kelemahannya dihadapan Allah, kemudian mengharapkan kasih sayang Allah di dunia maupun di akhirat kelak.

Wallohu a'lam bisshowab

Adab Sebelum Tidur

Jika kita hendak tidur maka hendaklah merapikan tempat tidurmu dan berbaringlah ke arah kanan sebagaimana posisi mayat yang dibaringkan di dalam liang lahat. Hendaklah setiap muslim menyadari bahwasanya tidur itu bagaikan mati dan bangun dari tidur itu seperti kebangkitan dari alam kubur. Maka dari itu, jika kita hendak tidur, maka bersiap - siaplah untuk menghadapi kematian, karena mungkin saja Allah akan mencabut nyawa kita ketika dalam keadaan tidur. Adapun setiap muslim dapat mempersiapkan hal berikut ini sebelum tidur
1. Bersuci sebelum tidur (berwudhu)
2. Menulis wasiat dan meletakkan di bawah bantal
3. Tertidur dalam keadaan beristighfar dan bertaubat kepada Allah
4. Berniat akan membuat kebaikan kepada setiap muslim jika Allah masih membangunkan kita dari tidur dalam keadaan sehat dan selamat.
5. Sadarlah, bahwasanya suatu saat kita akan dibaringkan di liang lahat sebagaimana posisi kita tidur, tidak ada yang menemani kecuali amal perbuatan yang kita lakukan semasa hidup di dunia. Kita juga akan mendapat balasan sesuai dengan amal kebaikan yang kita lakukan semasa hidup.
Kemudian membaca ayat-ayat berikut 
1. Membaca Ayat Kursi
اللّٰهُ لَاۤ اِلٰهَ اِلَّا هُوَ الْحَـيُّ الْقَيُّوْمُ ۚ لَا تَأْخُذُهٗ سِنَةٌ وَّلَا نَوْمٌ ۗ لَهٗ مَا فِى السَّمٰوٰتِ وَمَا فِى الْاَ رْضِ ۗ مَنْ ذَا الَّذِيْ يَشْفَعُ عِنْدَهٗۤ اِلَّا بِاِ ذْنِهٖ ۗ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ اَيْدِيْهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ ۚ وَلَا يُحِيْطُوْنَ بِشَيْءٍ مِّنْ عِلْمِهٖۤ اِلَّا بِمَا شَآءَ ۚ وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمٰوٰتِ وَا لْاَ رْضَ ۚ وَلَا يَــئُوْدُهٗ حِفْظُهُمَا ۚ وَ هُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيْمُ
"Allah, tidak ada tuhan selain Dia. Yang Maha Hidup, yang terus-menerus mengurus (makhluk-Nya), tidak mengantuk dan tidak tidur. Milik-Nya apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Tidak ada yang dapat memberi syafaat di sisi-Nya tanpa izin-Nya. Dia mengetahui apa yang di hadapan mereka dan apa yang di belakang mereka dan mereka tidak mengetahui sesuatu apa pun tentang ilmu-Nya melainkan apa yang Dia kehendaki. Kursi-Nya meliputi langit dan bumi. Dan Dia tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Dia Maha Tinggi, Maha Besar."
(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 255)

2. Membaca Surat Al-Baqoroh Ayat 285
Allah SWT berfirman:

اٰمَنَ الرَّسُوْلُ بِمَاۤ اُنْزِلَ اِلَيْهِ مِنْ رَّبِّهٖ وَ الْمُؤْمِنُوْنَ ۗ كُلٌّ اٰمَنَ بِا للّٰهِ وَمَلٰٓئِكَتِهٖ وَكُتُبِهٖ وَرُسُلِهٖ ۗ لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ اَحَدٍ مِّنْ رُّسُلِهٖ ۗ وَقَا لُوْا سَمِعْنَا وَاَ طَعْنَا غُفْرَا نَكَ رَبَّنَا وَاِ لَيْكَ الْمَصِيْرُ
"Rasul (Muhammad) beriman kepada apa yang diturunkan kepadanya (Al-Qur'an) dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semua beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, dan rasul-rasul-Nya. (Mereka berkata), Kami tidak membeda-bedakan seorang pun dari rasul-rasul-Nya. Dan mereka berkata, Kami dengar dan kami taat. Ampunilah kami, ya Tuhan kami, dan kepada-Mu tempat (kami) kembali."
(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 285)

Allah SWT berfirman:

لَا يُكَلِّفُ اللّٰهُ نَفْسًا اِلَّا وُسْعَهَا ۗ لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا اكْتَسَبَتْ ۗ رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَاۤ اِنْ نَّسِيْنَاۤ اَوْ اَخْطَأْنَا ۚ رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَاۤ اِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهٗ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِنَا ۚ رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَا قَةَ لَنَا بِهٖ ۚ وَا عْفُ عَنَّا ۗ وَا غْفِرْ لَنَا ۗ وَا رْحَمْنَا ۗ اَنْتَ مَوْلٰٮنَا فَا نْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكٰفِرِيْنَ
"Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Dia mendapat (pahala) dari (kebajikan) yang dikerjakannya dan dia mendapat (siksa) dari (kejahatan) yang diperbuatnya. (Mereka berdoa), Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami melakukan kesalahan. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebani kami dengan beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tidak sanggup kami memikulnya. Maafkanlah kami, ampunilah kami, dan rahmatilah kami. Engkaulah pelindung kami, maka tolonglah kami menghadapi orang-orang kafir."
(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 286)

3. Membaca Surat Al - Ikhlas
4. Membaca Surat Al - Falaq
5. Membaca Surat An - Naas
6. Membaca Al - Mulk

Sumber : Terjemahan Bidayatul Hidayah hal. 69

Ilmu yang Wajib dipelajari

Nabi Muhammad Saw bersabda
طلب العلم فريضة على كل مسلم و مسلمة
"Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim laki-laki dan muslim perempuan"

Hadits di atas menjelaskan bahwasanya wajib bagi setiap muslim dan muslimah untuk menuntut ilmu, namun bukan setiap ilmu, akan tetapi yang diwajibkan adalah ilmu hal (ilmu yang sesuai dengan kebutuhan sendiri).

Ilmu yang paling utama adalah ilmu hal dan perbuatan yang paling mulia adalah hal atau kondisi sendiri).

Ilmu hal yang dimaksud disini adalah ilmu ushuluddin (Tauhid) dan ilmu fiqih. Melalui ilmu hal ini seorang muslim akan mengetahui akan hal yang wajib baginya, seperti sholat, puasa jika dia mampu, mengeluarkan zakat jika dia memiliki harta untuk dikeluarkan zakatnya, Haji bagi yang memiliki kesanggupan. Selain daripada kewajiban di atas, seorang muslim juga harus mempelajari ilmu tentang usaha pekerjaan yang digelutinya, agar terjaga dari hal-hal yang diharamkan dalam pekerjaan atau usahanya. 
Perbuatan yang mulia adalah menjaga hal, yaitu menjaga diri sendiri dari tidak melanggar perintah Allah dan senantiasa mengerjakan apa yang telah diperintahkan oleh Allah. 

Selain daripada ilmu hal (Tauhid dan fiqih), maka seorang muslim juga harus mengetahui ilmu tentang batin atau hati (Ilmu Tasawuf) misalnya tawakkal, mengembalikan semua hal kepada Allah, takut kepada Allah dan ridho atas semua ketetapan Allah. 

Kemudian, seorang muslim juga haruslah mengetahui ilmu akhlak. Mengapa demikian? Karena menjadi orang yang berakhlak merupakan kebutuhan sendiri, karena jika kita menjadi seseorang yang memiliki sifat sombong, kikir, tamak, israf dan lain sebagainya merupakan hal yang dilarang dalam (diharamkan) dan seorang muslim juga harus tahu akhlak terpuji adalah sifat yang pemurah, sopan santun, rendah hati, penyayang dan lain sebagainya, karena ini adalah tuntunan agama. 

Mengetahui atau mempelajari perkara yang menjadi kebutuhan sendiri (fardhu 'ain) ibarat makanan yang dibutuhkan setiap orang
Mengetahui atau mempelajari perkara yang terjadi pada saat-saat tertentu (fardhu kifayah) itu ibarat obat
Mengetahui dan mempelajari perkara yang dapat membahayakan atay tidak mendatangkan manfaat (ilmu nujum) diibaratkan seperti penyakit. 

Sumber : Kajian dan Analisis Ta'lim Muta'allim hal 34 - 41

Penyebab Kemurtadan

Allah Swt berfirman di dalam Surat Ali-Imran ayat 102

يايها الذين امنوا اتقوا الله حق تقاته ولا تموتن الا وانتم مسلمون
"Hai orang-orang yang beriman bertaqwalah kamu kepada Allah dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan Islam"

Ayat di atas menjelaskan kepada kita agar senantiasa bertaqwa kepada Allah dan senantiasa selalu berada dalam keislamannya atau senantiasa menetap dalam Islam hingga akhir hayatnya, jangan sampai ketika kita meninggalkan dunia ini dalam keadaan ingkar kepada Allah swt. Ingat, Allah telah memperingatkan kita di dalam Surat 161
ان الذين كفروا وما توا وهم كفار اولئك عليهم لعنة الله والملئكة والناس اجمعين
"Sesungguhnya orang-orang kafir yang mati dalam keadaan kafir maka mereka mendapatkan laknat dari Allah, para Malaikat dan seluruh manusia"

Ayat di atas adalah konsekuensi yang akan di terima oleh orang-orang yang mati tetap dalam keadaan kafir, mereka akan mendapat laknat dari Allah swt, para Malaikat dan seluruh manusia.
Kemudian pada ayat berikutnya yaitu Ayat 162 Allah berfirman
خالدين فيها لا يخفف عنهم العذاب ولهم ينظرون
"Mereka kekal di dalamnya (laknat), tidak akan diringankan azabnya dan tidak diberi penangguhan"

Mereka yang mati dalam keadaan kafir akan kekal di dalam neraka, tidak akan mendapat keringanan atas siksanya dan tidak ada penangguhan, mereka akan langsung disiksa dan dimasukkan ke dalam neraka.
Begitulah dahsyatnya balasan yang akan diterima oleh setiap manusia yang mati dalam keadaan kafir. Maka dari itu, sudah seharusnya setiap muslim menjaga keimanannya sehingga tidak menjadi orang yang murtad atau keluar dari agama Islam.
Murtad berasal dari kata irtadda yang artinya raja'a artinya kembali. Perbuatan yang menyebabkan kafir atau murtad disebut juga dengan riddah. 
Dalam agama Islam murtad terbagi atas 3, yaitu :
1. Murtad Keyakinan
Diantara hal yang dapat membuat seseorang dikatakan murtad karena keyakinan ialah
🔹Mengingkari Allah
Seorang muslim yang mengingkari semua hal atau salah satunya mengenai Allah maka ia dapat dikatakan murtad. Dia menduakan Allah dengan yang lain ataupun dia meragukan Allah akan kemahaanNya, dia menyerupai Allah dengan makhluk dan sebagainya, maka dapatlah dikatakan dia orang yang telah murtad. Ingatlah Allah telah berfirman di dalam Surat Luqman ayat 
ان شرك لظلم عظيم
"Sesungguhnya syirik adalah dosa yang besar"

Allah juga berfirman di dalam Surat An-Nisaa ayat 48
ان الله لايغفر ان يشرك به

"Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik" 

🔹Menghina para Nabi, Malaikat dan AlQur'an 
Seseorang yang menghina, mencela, meremehkan ataupun merendahkan para Nabi, para Malaikat dan AlQur'an maka dapatlah dikatakan dia telah murtad dari agama Islam.

🔹Mengharamkan yang halal
Jika sesuatu yang telah dihalalkan oleh syari'at kemudian ada yang mengharamkannya, misalnya mengharamkan jual-beli, menikah, puasa sunnah dan lain sebagainya, maka dapatlah dikatakan dia termasuk orang yang telah murtad.

🔹Menghalalkan yang haram
Kebalikan dari yang di atas, jika ada orang yang menghalalkan yang haram, seperti menghalalkan perzinahaan, minum khamr, hubungan sejenis (homo) dan lain sebagainya, maka termasuklah dia orang yang telah murtad.

2. Murtad Perbuatan
Hal yang dapat menyebabkan seseorang murtad berikutnya ialah murtad karena perbuatan. Bentuk murtad perbuatan misalnya ialah sujud kepada berhala, patung, gambar, pohon, manusia dan lain-lain.

3. Murtad Ucapan
Penyebab murtad yang terakhir ialah murtad karena ucapan. Karena ucapanpun seorang muslim bisa murtad dari Islam, misalnya dia mengatakan, "andaikan para Nabi dan Malaikat bersaksi aku tidak akan percaya", atau "Allah telah dzolim kepada", atau "Allah itu tidak adil", atau "Nabi Muhammad telah berdusta", atau "AlQur'an bukanlah kalam Allah" dan lain sebagainya.

Masih banyak lagi contoh yang disebutkan di dalam kitab Sullamut Taufiq, intinya segala sesuatu yang meremehkan, merendahkan, mencela dan menghina Allah, Malaikat-malaikat Allah, Nabi-nabi Allah, kitab-kitabNya, syariat-syariat yang telah disepakati para ulama, simbol-simbol dan syiar-syiar agama Islam maka itu dapat menyebabkan ia tergolong kepada orang-orang yang murtad.
Semoga kita terhindar dari hal-hal yang dapat membuat kita murtad dari agama yang benar disisi Allah swt, yaitu agama Islam hingga nafas terakhir.

Wallohu a'lam bisshowab

Rujukan : Kitab Sullamut Taufiq 

ILMU TAUHID

PENGERTIAN TAUHID
Tauhid adalah ilmu yang membahas tentang penetapan aqidah-aqidah keagamaan dengan bukti yang pasti (tidak terbantahkan). Dinamakan juga ilmu tauhid karena pembahasan utamanya ialah seputar peng Esaan kepada Allah swt, karena ini merupakan dasar agama Islam. 

MANFAAT MENGETAHUI ILMU TAUHID
Bagi orang yang mempelajari dan mengetahui ilmu tauhid, maka dia akan mengetahui sifat-sifat Allah swt dan para RasulNya dengan bukti-dengan bukti yang pasti dan memperoleh kebahagian yang abadi.

KEUTAMAAN ILMU TAUHID
Ilmu tauhid merupakan pondasi dari ilmu-ilmu keagamaan. Ilmu tauhid merupakan ilmu yang paling utama, karena ilmu yang membahas tentang dzat Allah swt dan para RasulNya. Ilmu tauhid juga merupakan ilmu yang mulia, karena isinya membahas dzat yang paling mulia yaitu Allah Swt. 

KEWAJIBAN MEMPELAJARI ILMU TAUHID
Hukum mempelajari ilmu tauhid ialah fardhu 'ain bagi setiap mukallaf, baik laki-laki maupun perempuan, meskipun hanya mengetahui dalil yang sifatnya umum, sedangkan mengetahui dalil-dalil mengenai ilmu tauhid secara terperinci hukumnya ialah fardhu kifayah.
Menurut pendapat yang shahih, orang yang taqlid (mengikuti pendapat orang lain tanpa mencari tahu bukti kebenarannya) dengan meyakini secara mantap tanpa keraguan sedikit pun, maka keimanannya sah. Namun dia berdosa karena tidak mau mencari tahu bukti kebenarannya, dengan ketentuan dia mampu mencari bukti-bukti kebenarannya, jika dia tidak mampu maka dia tidak berdosa.

Rujukan : Benteng Aqidah Aswaja (Terjemahan Kitab Hushun Al Hamidiyah) hal. 9-10

THOHAROH

Pengertian Thoharoh
1. Menurut Bahasa
Thoharoh berarti bersih dan terbebas dari
👉 Kotoran yang dapat dilihat oleh indra manusia, seperti hadats dan najis. 
👉 Kotoran yang tidak dapat dilihat oleh indra manusia, seperti ujub, sombong, iri, dengki, riya dan lain sebagainya. 

2. Menurut Istilah
Menghilangkan : 
👉 Hadats : dengan berwudhu dan mandi besar
👉 Najis : beristinja (cebok) dengan air dan mencuci pakaian yang terkena najis. 

Semakna dengan menghilangkan :
👉 Hadats : tayammum dan bersucinya orang yang selalu mengeluarkan hadats, misalnya beser. 
Dikatakan semakna pada hakikatnya hadats orang-orang seperti ini tidaklah hilang namun diperbolehkan melakukan seperti orang-orang yang tidak memiliki hadats. 
👉 Najis : Istinja dengan menggunakan batu, semakna dengan menghilangkan najis, meskipun masih terdapat sisa-sisa najis maka dianggap sudah cukup untuk mengangkat najis tersebut. 

Perbuatan yang bentuknya sejenis dengan bentuk menghilangkan :
👉 Hadats : seperti mandi sunnah, wudhu yang diperbaharui sebelum batal, basuhan kedua dan ketiga saat membasuh tangan dan lainnya. 
👉 Najis : seperti basuhan kedua dan ketiga saat menghilangkan najis yang dilakukan setelah hilangnya najis. 

Maksud dari bentuknya sejenis dengan bentuk menghilangkan hadats atay najis ialah, basuhan kedua dan ketiga tidak menghilangkan hadats atau najis, namun bentuknya sama dengan bentuk basuhan pertama yang menghilangkan hadats atau najis. 

Sumber : Kitab Taqrirotus Sadidah Bab Thoharoh hal. 29-30