Hafiz adalah seorang anak yang lahir dari keluarga yang religius, ayah dan ibu tamatan dari pesantren, sedikit banyaknya latar belakang kedua orangtuanya mempengaruhi karakter dirinya menjadi seseorang yang religius. Hal ini dapat dilihat dari kesehariannya, di sekolah mulai dari SD hingga tamat dari perguruan tinggi Hafiz tidak pernah jauh dari AlQur'an.
Hafiz punya cita-cita untuk bisa menghafal AlQur'an, namun dia selalu ragu karena dia merasa dirinya belum layak untuk memenuhi memori otaknya dengan lantunan suci AlQur'an, hingga di suatu hari dia bertemu dengan seorang wanita sholehah yang seakan memberi isyarat kepadanya agar tidak ragu untuk menghafal AlQur'an, wanita itu bernama Siti.
Berbeda dengan Hafiz, Siti bukanlah dari latar belakang keluarga yang religius, akan tetapi Siti merupakan sosok wanita yang sholehah. Hafiz dan Siti awalnya tidaklah saling mengenal, mereka mulai mengenak satu sama lain karena dipertemukan dalam bazaar yang digelar oleh kampus mereka. Ketika itu Hafiz sedang melihat-melihat buku, lalu ia tertuju pada satu buku yang berjudul "3 Hafiz Cilik Dunia". Menjadi seorang penghafal AlQur'an memang cita-citanya, namun Hafiz selalu ragu untuk mencoba, hingga datang seorang wanita bertanya kepada Hafiz
"Salut ya lihat anak-anak itu, cilik-cilik tapi udah bisa menghafal AlQur'an" ternyata Siti yang bertanya.
"Eh, iya, kecil-kecil udah hafal AlQur'an, gak kayak aku Juz 30 saja cuma sampai At-Takatsur" Hafiz
membalas pernyataan Siti.
"Ngomong-ngomong nama kamu siapa"? Siti bertanya
"hhhmmm, namaku Hafiz, kamu sendiri namanya siapa"? Hafiz kembali bertanya
"Namaku Siti, nama kamu bagus, kenapa gak sekalian menghafal AlQur'an saja"? Siti bertanya dengan rasa penasaran
"Pengen sih gitu, tapi gak tau kenapa rasanya belum sanggup mengemban kalamulloh sebanyak itu, aku masih jauh dari baik" Hafiz terlihat lesu
"Oh gitu ya, semoga Hafiz mampu merasa menjadi yang lebih baik ya, biar cita-citanya tercapai" Siti memberikan harapan
"Kalau boleh tau no hp Siti berapa"? Hafiz berharap permintaannya tidak tolak
"Lho, kok minta no hp"? Siti merasa heran
"Gak ada niat yang aneh-aneh kok, aku hanya merasa ngobrol sama kamu menyenangkan, hanya itu kok" Hafiz masih berharap agar diberitahu no hp Siti
Siti membuat persyaratan "Janji ya gak niat yang aneh-aneh"?
Sambil mengangkat tangan dan dua menunjukkan jari telunjuk dan jari tengah Hafiz berkata, "Iya janji gak aneh-aneh dan gak macam-macam"
"Oke deh, ni no hp ku, catat ya" akhirnya Siti memberikan no hp nya
"Terima kasih ya, ntar kita lanjut ngobrolnya ya, aku pulang dulu, udah sore ni" Hafiz pamitan dengan Siti
"Iya, aku juga mau pulang ni, Assalamualaikum" Siti mengucap salam.
"Waalaikumsalam" Hafiz membalas salam dari Siti.
Setelah pertemuan itu Hafiz dan Siti sering berkomunikasi melalui hp, hingga beberapa tahun kemudian mereka menamatkan kuliah mereka dan mereka telah saling menyatakan perasaan dan berkomitmen untuk segera melanjutkan kejenjang pernikahan.
Namun, sebelum hari yang bersejarah itu tiba, Siti punya satu harapan yang ingin diwujudkannya bersama pasangan hidupnya kelak.
Siti pun menyampaikan harapannya tersebut, "Hafiz aku punya harapanlah"?
Hafiz bertanya, "Apa itu harapan Siti"?
"Aku berharap aku dan pasangan hidupku kelak mau sama-sama menghafal ayat-ayat suci AlQur'an, rasanya gimana gitu, jika suasana rumah selalu terdengar lantunan suci AlQur'an" Siti menyampaikan harapannya kepada Hafiz.
"Tapi aku merasa belum layak dan mampu" Hafiz seakan menolak.
"Gimana sih, diajak kepada yang baik tetapi gak mau, kalau merasa belum layak maka buatlah dirimu menjadi layak akan hal itu dan jika merasa belum mampu maka berusahalah biar Hafiz mampu" Siti merasa kesal terhadap Hafiz.
"Kok marah sih"? Hafiz mencoba meredamkan suasana.
"Aku gak marah tapi kesal, diajak ke jalan yang baik kok gak mau". Wajah Siti terlihat murung.
"Ok deh, ok deh, aku akan memenuhi harapanmu, kita akan sama-sama menghafal AlQur'an, kita pake rumus Ust. Yusuf Mansyur, one day one ayat, gimana"? Hafiz mewujudkan harapan Siti
"Gitu donk, aku setuju, mulai hari ini"? Siti kembali terlihat riang.
"Ok, kita mulai hari ini" Hafiz mengacungkan jempolnya
Setelah sebulan berlalu, hari bersejarah bagi mereka berdua pun tiba, mereka dipersatukan oleh Allah dalam sebuah ikatan suci dan mereka berdua juga tetap menghafal ayat-ayat suci AlQur'an bersama, mereka menghafal karena cinta, yaitu cinta kepada Allah.
Hafiz punya cita-cita untuk bisa menghafal AlQur'an, namun dia selalu ragu karena dia merasa dirinya belum layak untuk memenuhi memori otaknya dengan lantunan suci AlQur'an, hingga di suatu hari dia bertemu dengan seorang wanita sholehah yang seakan memberi isyarat kepadanya agar tidak ragu untuk menghafal AlQur'an, wanita itu bernama Siti.
Berbeda dengan Hafiz, Siti bukanlah dari latar belakang keluarga yang religius, akan tetapi Siti merupakan sosok wanita yang sholehah. Hafiz dan Siti awalnya tidaklah saling mengenal, mereka mulai mengenak satu sama lain karena dipertemukan dalam bazaar yang digelar oleh kampus mereka. Ketika itu Hafiz sedang melihat-melihat buku, lalu ia tertuju pada satu buku yang berjudul "3 Hafiz Cilik Dunia". Menjadi seorang penghafal AlQur'an memang cita-citanya, namun Hafiz selalu ragu untuk mencoba, hingga datang seorang wanita bertanya kepada Hafiz
"Salut ya lihat anak-anak itu, cilik-cilik tapi udah bisa menghafal AlQur'an" ternyata Siti yang bertanya.
"Eh, iya, kecil-kecil udah hafal AlQur'an, gak kayak aku Juz 30 saja cuma sampai At-Takatsur" Hafiz
membalas pernyataan Siti.
"Ngomong-ngomong nama kamu siapa"? Siti bertanya
"hhhmmm, namaku Hafiz, kamu sendiri namanya siapa"? Hafiz kembali bertanya
"Namaku Siti, nama kamu bagus, kenapa gak sekalian menghafal AlQur'an saja"? Siti bertanya dengan rasa penasaran
"Pengen sih gitu, tapi gak tau kenapa rasanya belum sanggup mengemban kalamulloh sebanyak itu, aku masih jauh dari baik" Hafiz terlihat lesu
"Oh gitu ya, semoga Hafiz mampu merasa menjadi yang lebih baik ya, biar cita-citanya tercapai" Siti memberikan harapan
"Kalau boleh tau no hp Siti berapa"? Hafiz berharap permintaannya tidak tolak
"Lho, kok minta no hp"? Siti merasa heran
"Gak ada niat yang aneh-aneh kok, aku hanya merasa ngobrol sama kamu menyenangkan, hanya itu kok" Hafiz masih berharap agar diberitahu no hp Siti
Siti membuat persyaratan "Janji ya gak niat yang aneh-aneh"?
Sambil mengangkat tangan dan dua menunjukkan jari telunjuk dan jari tengah Hafiz berkata, "Iya janji gak aneh-aneh dan gak macam-macam"
"Oke deh, ni no hp ku, catat ya" akhirnya Siti memberikan no hp nya
"Terima kasih ya, ntar kita lanjut ngobrolnya ya, aku pulang dulu, udah sore ni" Hafiz pamitan dengan Siti
"Iya, aku juga mau pulang ni, Assalamualaikum" Siti mengucap salam.
"Waalaikumsalam" Hafiz membalas salam dari Siti.
Setelah pertemuan itu Hafiz dan Siti sering berkomunikasi melalui hp, hingga beberapa tahun kemudian mereka menamatkan kuliah mereka dan mereka telah saling menyatakan perasaan dan berkomitmen untuk segera melanjutkan kejenjang pernikahan.
Namun, sebelum hari yang bersejarah itu tiba, Siti punya satu harapan yang ingin diwujudkannya bersama pasangan hidupnya kelak.
Siti pun menyampaikan harapannya tersebut, "Hafiz aku punya harapanlah"?
Hafiz bertanya, "Apa itu harapan Siti"?
"Aku berharap aku dan pasangan hidupku kelak mau sama-sama menghafal ayat-ayat suci AlQur'an, rasanya gimana gitu, jika suasana rumah selalu terdengar lantunan suci AlQur'an" Siti menyampaikan harapannya kepada Hafiz.
"Tapi aku merasa belum layak dan mampu" Hafiz seakan menolak.
"Gimana sih, diajak kepada yang baik tetapi gak mau, kalau merasa belum layak maka buatlah dirimu menjadi layak akan hal itu dan jika merasa belum mampu maka berusahalah biar Hafiz mampu" Siti merasa kesal terhadap Hafiz.
"Kok marah sih"? Hafiz mencoba meredamkan suasana.
"Aku gak marah tapi kesal, diajak ke jalan yang baik kok gak mau". Wajah Siti terlihat murung.
"Ok deh, ok deh, aku akan memenuhi harapanmu, kita akan sama-sama menghafal AlQur'an, kita pake rumus Ust. Yusuf Mansyur, one day one ayat, gimana"? Hafiz mewujudkan harapan Siti
"Gitu donk, aku setuju, mulai hari ini"? Siti kembali terlihat riang.
"Ok, kita mulai hari ini" Hafiz mengacungkan jempolnya
Setelah sebulan berlalu, hari bersejarah bagi mereka berdua pun tiba, mereka dipersatukan oleh Allah dalam sebuah ikatan suci dan mereka berdua juga tetap menghafal ayat-ayat suci AlQur'an bersama, mereka menghafal karena cinta, yaitu cinta kepada Allah.
0 komentar:
Posting Komentar