Dunia Itu Hanya Tiga Hari


Dunia itu Hanya Tiga Hari
Jama'ah Jum'at yang dirahmati oleh Allah Swt
Di masa tabi'in ada seorang ulama besar dan cendekiawan muslim yang bernama Hasan Al Bashri, beliau banyak untaian kata-kata hikmah dan nasihat yang disampaikannya yang selalu mampu menyentuh hati kaum muslimin.
Adapun salah satu untaian kata-kata hikmah dan juga menjadi nasihat bagi kaum muslimin ialah beliau mengatakan bahwa dunia itu hanya terdiri dari tiga hari.
Pertama, hari kemarin dan ia telah pergi bersama dengan yang menyertainya dan takkan terulang lagi
Hari kemarin adalah hari yang telah kita lalui detik demi detiknya dan detik demi detik yang sudah kita lalui bisa jadi berisi dengan peristiwa yang membahagiakan dan bisa juga berisi dengan peristiwa kebahagiaan, yang mana peristiwa itu tidak akan bisa terulang lagi.
Namun sebagai orang yang beriman ada satu hal yang harus menjadi catatan baginya. Walaupun waktu yang telah dilalui itu tidak akan bisa terulang kembali, akan tetapi kita harus mampu bermuhasabah diri atas setiap waktu yang telah berlalu dari kehidupan kita. Jika berbicara mengenai muhasabah diri maka ingatlah perkataan Umar bin Khattab ra
حاسبوا انفسكم قبل ان تحاسبوا
"Hisablah dirimu sebelum kamu dihisab" 
Adapun makna yang terkandung di dalam perkataan Umar bin Khattab tersebut ialah hendaklah kita mengevaluasi diri kita di tahun-tahun yang telah kita lalui, apakah kita sudah maksimal menjalankan ibadah kepada Allah swt atau kita lebih banyak melalaikannya, atau bahkan kita mengabaikan segala perintah-perintahnya. 
Jika kita mau menghitung-hitung amal ibadah kita di masa yang lalu, maka di tahun-tahun berikutnya kita bisa memperbaiki setiap amal ibadah kita sehingga amal ibadah kita menjadi lebih baik dari tahun-tahun yang telah kita lalui. 
Jama'ah Jum'at yang dirahmati oleh Allah Swt 
Kedua, hari ini dan itulah yang kita miliki
Dunia yang kedua adalah hari ini dan hari ini merupakan hari yang tidak boleh berlalu begitu saja tanpa mendatangkan manfaat bagi diri kita untuk kepentingan di hari berikutnya. Bukankah Allah telah berfirman di dalam Surat Al-Ashr ayat 1-3
وَالْعَصْرِۙ
 اِنَّ الْاِنْسَانَ لَفِيْ خُسْرٍ
 اِلَّا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ ەۙ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ
“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati dalam kebenaran dan nasehat menasehati dalam kesabaran”. 
Ayat ini menjelaskan kepada kita bahwa manusia itu akan senantiasa dalam kerugian jika tidak menetapi hati dalam keimanan, tidak mau melakukan amal sholeh, dan tidak mau nasihat menasihati dalam kebaikan dan kebenaran. 
Tentu kita tidak mau tergolong kepada orang-orang yang merugi, maka dari itu hendaknyalah kita beramal di hari ini, dan jangan biarkan hari ini berlalu tanpa amalan-amalan yang bisa menghantarkan kepada keridhoan Allah swt. Ingat, kebaikan yang kita peroleh di hari yang akan datang itu adalah kebaikan yang kita tanam di hari ini. 
Jama'ah Jum'at yang dirahmati oleh Allah Swt 
Ketiga, hari esok yang mungkin kita tidak akan pernah menemuinya. 
Dunia itu hanya tiga hari dan hari kita itu adalah hari esok yang mungkin kita tidak akan menemuinya, karena bisa jadi hari ini kita telah tiada sehingga hari esok hanya tinggal khayalan belaka. 
Karena kita tidak tahu apakah hari esok itu kita masih hidup atau tidak, maka hendaknyalah setiap orang mempersiapkan bekalnya, dan sebaik-baik bekal adalah senantiasa bertaqwa kepada Allah swt, sebagaimana firman Allah di dalam Surat Al-Baqoroh ayat 
 وَتَزَوَّدُوْا فَاِ نَّ خَيْرَ الزَّا دِ التَّقْوٰى  
"Bawalah bekal, karena sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa". 
Dunia ini merupakan sebuah persinggahan menuju kepada kehidupan yang abadi, yaitu akhirat. Maka sebelum kita melakukan perjalanan menuju kepada kehidupan akhirat, maka persiapkanlah sebaik-baik bekal yaitu bekal ketaqwaan kepada Allah swt. 
Selanjutnya senantiasalah kita memohon ampun kepada Allah atas setiap dosa dan kesalahan yang telah kita perbuat, jangan sampai kita menyesal setelah kita tiada. Karena penyesalan setelah kita tiada itu tiada artinya. Alangkah baiknya jika kita menyesal selagi hayat masih dikandung badan, karena kita masih bisa memohon ampun kepada Allah, namun jika kita menyesal setelah nafas terakhir berhembus, maka penyesalan itu tiada lagi gunanya. 
Adapun bentuk penyesalan selagi kita masih hidup ialah bertaubat dengan taubatan nasuha. Adapun taubatn nasuha harus memenuhi tiga syarat sebagaimana yang disampaikan oleh Imam Nawawi di dalam kitab Riyadush Sholihin, yaitu  harus berhenti berbuat dosa atau maksiat, menyesali perbuatan dosa atau perbuatan maksiat yang telah dilakukan, dan berjanji untuk tidak mengulangi perbuatan dosa atau maksiat yang pernah dilakukan selama-lamanya. 

0 komentar: