Perjalanan Isra' dan Mi'raj itu memang benar-benar sebuah peristiwa yang menyalahi kebiasaan dan peristiwa menunjukkan atas kekuasaan Allah, karena siapa pun tidak ada yang mampu menciptakan peristiwa ini kecuali hanya Allah Swt.
Perjalanan Isra' dan Mi'raj ini apabila dilogikakan maka seperti seekor semut yang tinggal di Tanjungbalai, kemudiaan seekor semut itu berjalan ke baju seseorang yang hendak pergi ke Kota Jakarta dengan menggunakan pesawat.
Semut yang berada di kantong baju seseorang tadi ikut melakukan perjalanan dari Kota Tanjungbalai menuju Bandara, kemudian dari Bandara menuju ke Kota Jakarta dengan menggunakan pesawat.
Setelah 45 menit mendaratlah pesawat di Bandara Kota Jakarta, kemudian semut pun keluar dari kantong baju seseorang tadi dan bertemu dengan semut-semut Jakarta, lalu mereka bercerita
Semut Jkt : Kamu bukan semut asli Jakarta kan?
Semut Tanbe : Iya, aku bukan semut Jakarta, aku semut Tanjungbalai.
Tadi aku diperjalankan seseorang dari Tanjungbalai pukul 10.00 dan tiba di Jakarta pukul 10.45.
Semut Jkt : Tanjungbalai - Jakarta itu jauh, mustahil kamu bisa menempuh waktu sesingkat itu, dasar kamu semut pendusta dan mungkin kamu juga sudah gila.
Semut Jakarta tetap tidak percaya atas cerita semut Tanjungbalai, karena semut Jakarta adalah orang udik yang tidak kenal pesawat, dia beranggapan semut itu berjalan, padahal nyatanya diperjalankan oleh seseorang dengan menggunakan pesawat terbang.
Begitulah kira-kira situasi ketika Rasulullah Saw melakukan Isra' dan Mi'raj, orang-orang kafir Quraisy dan orang-orang mukmin yang lemah imannya mendustakan peristiwa tersebut tanpa menyadari bahwa Nabi Muhammad Saw bukanlah berjalan sendiri, akan tetapi diperjalankan oleh Allah Swt.
Manusia yang hanya ciptaan Allah saja bisa menempuh perjalanan yang jauh menjadi singkat, apalagi Allah yang Maha Kuasa, kalau Allah sudah berkehendak, yang tidak mungkin bisa jadi mungkin.
والله اعلم بالصواب
0 komentar:
Posting Komentar