Tingkatan dalam Puasa

Imam Abu Hamid Al-Ghazali penyusun kitab Ihya Ulumuddin membagi puasa ke dalam tingkatan

Pertama, puasanya umum (puasanya orang awam).
Puasanya orang awam biasanya hanya sebatas menahan dirinya dari hal-hal yang membatalkan puasa saja, namun belum mampu menahan dirinya dari hal-hal yang mengurangi pahala puasanya. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad Saw
ليس الصيام من الطعام والشراب انما الصيام من اللغو والرفث
"Puasa bukan hanya sekedar menahan dari makan dan minum, tetapi puasa itu juga menahan diri dari laghwu (bicara yang tidak mendatangkan manfaat) dan perkataan yang keji" (HR. Muslim)

Maka bagi mereka yang puasanya hanya menahan haus dan lapar saja tanpa menjaga dari hal yang Membatalkan pahala puasanya, sesungguhnya dia hanya mendapatkan hausnya saja, sebagaimaba Sabda Rasulullah Saw
رب صائم ليس له من صيامه الا الظمأ
"Adakalanya orang yang puasa itu tidak mendapatkan pahala kecuali hanya haus" (HR. An-Nasa'i)

Kedua, puasa khusus (Khawash)
Tingkatan kedua orang yang berpuasa ialah selain menahan dirinya untuk tidak makan dan minum, dia juga menahan dirinya dari hal-hal yang bisa membatalkan pahala puasanya. Puasa pada tingkatan kedua ini, akan senantiasa menjaga dirinya untuk tidak bermaksiat kepada Allah, tidak menggunjing, tidak memfitnah, tidak menghibah, tidak melihat, mendengar walaupun hukumnya boleh tetapi apa yang di dengar dan dilihat tidak mendatangkan manfaat. Karena siapa saja yang berpuasa hanya sekedar menahan haus dan lapar, tapi tidak meraih kebaikan dari puasanya, maka tergolonglah orang yang merugi.

Ketiga, puasa khusus dari yang khusus (khawasul khawas)
Tingkatan puasa yang terakhir yaitu tingkatan ketiga ialah orang yang berpuasa selain menahan diri dari makan dan minum, menahan diri hal-hal yang membatalkan pahala puasa, dia juga menahan hatinya kecuali hanya untuk Allah Swt.
Hatinya tidak pernah beralih dari Allah, hatinya selalu mengingat Allah, selalu terpaut kepada Allah, yaitu dengan memperbanyak dzikir kepada Allah Swt.

Itulah tiga tingkatan orang dalam menjalankan ibadah puasa, jika kita belum mampu berada ditingkatan terakhit, minimal kita bisa berada pada tingkatan yang tengah yaitu mampu untuk menahan diri untuk tidak makan dan minum serta tidak merusak pahala dari puasa yang kita jalani.

والله اعلم بالصواب

Sumber
Taqrirotus sadidah hal. 390-391
Irsyadul Ibad hal. 320

0 komentar: